Senin, 08 November 2010

IP address Subnet Mask dan Subnetting


1.      IP address dan subnetmask

1.1     IP address
IP (Internet Protocol) address merupakan adalah alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer yang memanfaatkan Internet Protocol untuk komunikasi antara node-nya. Walaupun alamat IP disimpan sebagai angka biner, mereka biasanya ditampilkan agar memudahkan manusia menggunakan notasi, seperti 208.77.188.166 (untuk IPv4), dan 2001: db8: 0:1234:0:567:1:1 (untuk IPv6).
Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) berupa deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan Internet berbasis TCP/IP.
Seluruh host (komputer) yang terhubung ke Internet dan ingin berkomunikasi memakai TCP/IP harus memiliki IP Address sebagai alat pengenal host pada network. Secara logika, Internet merupakan suatu network besar yang terdiri dari berbagai sub network yang terintegrasi. Oleh karena itu, suatu IP Address harus bersifat unik untuk seluruh dunia. Tidak boleh ada satu IP Address yang sama dipakai oleh dua host yang berbeda. Untuk itu, penggunaan IP Address di seluruh dunia dikoordinasi oleh lembaga sentral Internet yang di kenal dengan IANA - salah satunya adalah Network Information Center (NIC) yang menjadi koordinator utama di dunia untuk urusan alokasi IP Address ini adalah :
ü InterNIC Registration Services Network Solution Incorporated 505 Huntmar Park Drive, Herndon, Virginia 22070 Tel: [800] 444-4345, [703] 742-4777 FAX: [703] 742-4811 E-mail: hostmaster@internic.net
Sedangkan untuk tingkat Asia Pasifik saat ini masih dikoordinasi oleh:
ü Asia Pacific Network Information Center c/o Internet Initiative Japan, Inc. Sanbancho Annex Bldg., 1-4, Sanban-cho, Chiyoda-ku, Tokyo, 102 Japan Tel: +81-3-5276-3973 FAX: +81-3-5276-6239 E-mail: domreg@apnic.net http://www.apnic.net
Struktur IP address :
IP Address terdiri dari bilangan biner sepanjang 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Tiap segmen terdiri atas 8 bit yang berarti memiliki nilai desimal dari 0 - 255. Range address yang bisa digunakan adalah dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai dengan 11111111.11111111.11111111.11111111. Jadi, ada sebanyak 232 kombinasi address yang bisa dipakai diseluruh dunia (walaupun pada kenyataannya ada sejumlah IP Address yang digunakan untuk keperluan khusus). Jadi, jaringan TCP/IP dengan 32 bit address ini mampu menampung sebanyak 232 atau lebih dari 4 milyar host. Untuk memudahkan pembacaan dan penulisan, IP Address biasanya direpresentasikan dalam bilangan desimal. Jadi, range address di atas dapat diubah menjadi address 0.0.0.0 sampai address 255.255.255.255. Nilai desimal dari IP Address inilah yang dikenal dalam pemakaian sehari-hari. Beberapa contoh IP Address adalah :
ü 44.132.1.20
ü 167.205.9.35
ü 202.152.1.250

1.2     Subnet mask
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
ü Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
ü Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
ü Notasi Desimal Bertitik
ü Notasi Panjang Prefiks Jaringan
1.2.1 Notasi Desimal Bertitik
            Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
                        <alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>
 
Kelas Alamat
Subnet mask (biner)
Subnet mask (desimal)
Kelas A
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
Kelas B
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
Kelas C
11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0

Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
1.2.2 Notasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask
            Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
                        /<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>
Kelas alamat
Subnet mask (biner)
Subnet mask (desimal)
Prefix Length
Kelas A
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
/8
Kelas B
11111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0
/16
Kelas C
11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0
/24
          




                                                                                                                            

2.    Subnetting
Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang Network Administrator dapat mendelegasikan pengaturan host Address seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network.
contoh subnetting:
NETWORK ADDRESS 192.168.7.0/26
Analisa
192.168.7.0 → Class C
/26 berarti :
11111111.11111111.11111111.11000000
255.255.255.192 → subnet mask
ü Pertanyaan :
* Jumlah Subnet
* Jumlah Host per Subnet
* Blok Subnet
* Alamat Host dan Broadcast
ü Perhitungan :
* Jumlah subnet = 2 X ,dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 2 2 = 4 subnet
* Jumlah Host per Subnet = 2 y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 2 6 – 2 = 62 host
* Blok Subnet = 256 – 192=64 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192
2.1  Subnetting Alamat IP kelas A
Tabel 2.1 berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
http://johnkramer27.files.wordpress.com/2010/07/class-a.jpg?w=365&h=408




2.2  Subnetting Alamat IP kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
http://johnkramer27.files.wordpress.com/2010/07/class-b.jpg?w=300&h=231
2.3  Subnetting Alamat IP kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
http://johnkramer27.files.wordpress.com/2010/07/class-c.jpg?w=300&h=119

3.        Kelas – Kelas pada Jaringan

IP Address dikenal didalam kita melakukan koneksi jaringan. Prinsipnya apabila komputer kita hendak bergabung dalam komunitas jaringan, maka komputer tersebut harus memiliki nama dan alamat korespondensi agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Hal ini layaknya apabila kita melakukan kegiatan surat-menyurat.

IP address dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
Kelas A : 0.0.0.0 sampai dengan 127.255.255.255
Kelas B : 128.0.0.0 sampai dengan 191.255.255.255
Kelas C : 192.0.0.0 sampai dengan 223.255.255.255
Kelas D : 224.0.0.0 sampai dengan 239.255.255.255
Kelas E : 240.0.0.0 sampai dengan 255.255.255.255

Pembagian kelas ini dimaksudkan untuk kebutuhan tertentu. Sehingga tidak terjadi saling mengganggu apabila terdapat sebuah jaringan yang sangat besar seperti internet.
a)      Kelas A digunakan untuk jaringan yang sangat besar dengan memiliki banyak host. Pada kelas ini hanya ada terdapat 8 identitas jaringan.
b)      Kelas B digunakan pada jaringan yang menengah sampai ke jaringan yang besar. Pada kelas ini terdapat 16 identitas jaringan.
c)      Kelas C digunakan pada jaringan yang kecil. Kelas ini banyak dipakai pada perusahaan yang berinvestasi pada jaringan. Pada kelas ini terdapat 24 identitas jaringan yang dapat dipakai.
d)     Kelas D hanya digunakan untuk Multicating. Yaitu apabila kita menginginkan untuk mengirim data kepada beberapa penerima sekaligus atau sebuah grup.
e)      Kelas E digunakan hanya untuk kepentingan penelitian oleh IETF (Interner Engineering Task Force). Tidak digunakan oleh umum.

Tabel 3.1 Pembagian kelas pada jaringan

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting